Selasa, 09 Agustus 2011

BETARA ARYA KENCENG DI BALI


Dengan wafatnya ibu suri Rajapatni/Gayatri(istri Raden Wijaya,ibu Tribhuwana) maka Ratu Tribhuwana turun tahta dan menyerahkan mahkotaa kerajaan kepada putranya Hayam Wuruk (yang saat itu baru berusia 16 tahun).Dengan diangkatnya Hayam Wuruk sebagai raja Majapahit (1350-1389),maka keadaan di Bali juga mengalami perubahan.Atas usul Mangkubumi Majapahit yaitu Gajah Madam aka Sri dalem Ketut Kresna Kepakisan (putra keempat dari Mpu Kepakisan) diangkat menjadi Adipati di Bali dengan keratin di Samprangan yang kemudian melahirkan dinasti Dalem.Sedangkan Betara Arya Kenceng dinobatkan menjadi penguasa wilayah Tabanan dan memimpin para Arya lainnya yang juga menempati wilayah tertentu sesuai dengan perintah Adipati Sri Dalem kresna Ketut Kepakisan(1350-1380).Betara Arya Kenceng berkuasa di Tabanan dengan istananya di puri Buahan/Pucangan,Arya Sentong di Pacung,Arya Belog di Kaba-Kaba,Arya Kutawaringin di Gelgel.Sebagai kepercayaan adipati Bali,Arya Kenceng ditugaskan sebagai pucuk pimpinan para arya dan menjabat Menteri Utama,maka beliau sangat sering menghadap kekeraton Samprangan.Demikian pula dalam menumbuhkan kepercayaan masyarakat Bali dan mewujudkan ketentraman di bali,maka diupayakan melakukan perbaikan dan pembangunan serta pelaksanaan upacara besar di Pura Besakih dan Pura Kentel Gumi(puranya masyarakat seluruh Bali),dimanapara arya utamanya Arya kenceng dan Arya Sentong tidak kalah penting peranannya dalam pembangunan tersebut.Dari sana terlihat cukup jelas pengabdiaanya yang tulus iklasdan penuh tanggung jawab,sehingga beliau di segani dan dihormati oleh semua lapisan masyarakat.Karena itu Raja Adipati Bali memberikan wasiat utama kepada Arya Kenceng :
1.    Bilamana kelak meninggal dunia boleh menggunakan apa saja yang dipakai oleh Raja Adipati,kecuali tingkat upacara Naga Banda secara turun temurun,demikian pula hubungan persaudaraan agar tetep rukun dan saling mencintai.
2.    Dalam pemerintahan berhak mengatur tinggi rendahnya kedudukan derajat kebangsawanan dan menjatuhkan hukuman dan denda yang berat atau ringan dan adinda juga berhak mengatur seluruh para Arya sedangkan para Arya dilarang membantah Adinda.
Setelah wafat beliau,Betara Arya Kenceng ,tak terlukiskan betapa sedihnya rakyatnya.pada hari yang baik dilaksakan upacara pembakaran jenazahnya sesuai dengan anugrah Dalem,menggunakan usungan/Bade tingkat 11(sebelas).Adapun roh sucinya dibuatkan Tugu Penghormatan(Pedarman) disebut Batur.Dari perkawinan Ida Betara Arya Kenceng dengan seorang putri Brahmani Ketepeng Reges Majapahit,melahirkan dua orang putra yaitu Dewa Gede dengan gelar Shri Megadaprabu dan Dewa Rai dengan gelar Shri Megadanatha,yang juga bergelar Sirarya Ngurah Tabanan.Sedangkan yang lahir lain ibu adalah putra ketiga bernama Kyai Tegeh atau Kyai Tegeh Kori dan adiknya yang bungsu bernama Istri Tegeh,mungkin ibunya berasal dari Desa Tegeh di Penebel.Karena Shri Megadaprabu lebih memilih menjadi seorang pertapa maka kedudukan ayah beliau digantikan adiknya Megadanatha.a   dapun adiknya Kyai Tegeh Kori ditugaskan menempati wilayah Badung yang berpusat di Tegal/Bandanagara,disebelah selatan kuburan Badung sekarang.(1378),atas permintaan Ki Bendesa Manik Mas Badung kepada Betara Arya Kenceng,karena daerah Badung tiada pemimpin setelah ditinggal pergi oleh Kyai Anglurah Penatih Rsi.Sebelumnya wilayah Kertalangu(Kesiman sekarang) dipimpin oleh Kyai Anglurah Penatih Rsi,akan tetapi karena  suatu peristiwa menyebabkan keluarga Puri Kertalangu tercerai berai bahkan ada yang menetap di Puri Sulang Klungkung.Pada awalnya Ki Dukuh Pahang atau Dukuh Sakti mohon pamit  kepada Kyai Anglurah Penatih Rsi(menantu),akan pulang ke sorgaloka dengan jalan Moksah.Akan tetapi beliau tidak percaya akan hal tersebut,bahkan memerintahkan kepada pejabat puri dan rakyatnya agar memukuli Ki Dukuh bilamana tidak bisa moksah.Kenyataanya semua berjalan dengan sempurna dan Ki Dukuh sempat memberikan kutukan sebagai berikut :”Inggih Kyai Anglurah Penatih,retuning maring Kertalangu,Jhah tasmat Kyai Anglurah Penatih kerusak antuk semut”selang 42 haridari moksahnya Ki Dukuh,kemanapun Kyai Anglurah Penatih pergi dicari terus oleh pasukan semut yang luar biasa banyaknya,sampai akhirnya terselamatkan di Desa Sulang Klungkung.Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Kyai Anglurah Penatih Rsi di Kertalangu dan digantikan oleh Kyai Tegeh di Tegeh Kori/Badanagara.     

0 komentar:

Posting Komentar