Topeng Dalem Sidakarya

di pentaskan dalam upacara keagamaan di Bali

Barong

Barong adalah Simbol Kebaikan

Rangda

Simbol dari kekuatan Betari Durga atau Hyang Durga Bairawi

Barong Landung

Simbol Dalem balingkang dan Dewi Kang Cing Wei

Barong dan Rangda

simbol penjaga Kekuatan Bali

Rabu, 31 Agustus 2011

Tradisi Ngejot Di Bali


Ngejot bagi kalangan adat masyarakat Bali adalah sebuah pemberian kepada orang lain dalam rangka sebuah kegiatan.Biasanya yang di-ejot atau diberikan tersebut adalah berupa makanan terkait dengan adanya suatu acara adat atau upacara tertentu yang dilaksanakan dimiliki oleh seseorang atau keluarga.Misalnya saja seseorang melakukan upacara selamatan anaknya seperti bulan pitung dina,otonan,odalan,nganten,metatah,atau yang lainya,kemudian yang punya gawe ngejot kepada masyarakat ,kepada saudaranya.Ngejot itu sendiri  memiliki fungsi sebagai rasa permakluman kepada yang diberi jotan bahwa yang ngejot tersebut memiliki acara tertentu.Yang kedua jotan itu dapat berfungsi  sebagai undangan untuk dating ketempat orang yang ngejot tersebut.Yang lain fungsinya adalah  untuk ucapan terima kasih karena yang diberi jotan tersebut telah membantu dalam penyelesaian sebuah upacara tertentu yang dilakukan oleh orang yang member jotan tersebut.
       Yang Di-jot-kan tersebut biasanya berupa nasi  berisi bermacam olahan seperti misalnya lawar,sate,jukut-jukut,be nyuh atau yang lain sesuai dengan keinginan yang ngejot tersebut.Bentuk nasi jotan tersebut  juga ada bermacam-macam.Ada yang berbentuk nasi ungkus/terbungkus,ada yabg berbentuk nasi punjung(dibentuk menggunakan wadah tertentu)dan lain-lain.Semua memiliki arti yang mendalam .Kalau nasi jotan tersebut berbentuk tetendingan lengkap dengan sate dan nasi punjungan maka jotan tersebut tidak saja sebagai sebagai sebuah permakluman namun juga mengandung makna sebagai sebuah undangan kepada yang diberikan jotan tersebut.Istimewanya lagi dari jotan tersebut dapat dilihat dari jumlah sate yang menyertai nasi tersebut.Kalau misalnya nasi dan lauk tersebut berisi sate dua batang,maka itu hanyalah sebuah permakluman.Jika satenya ada enam,delapan atau duabelas ini adalah suatu yang sangat istimewa sekali dan memang sangat diharapkan sekali kedatangannya dan orang yang diberikan sate roras(duabelas batang)tersebut dianggap sebagai seorang yang istimewa.Seperti misalnya surya atau Ida bagus,sangging atau tukang gender,atau orang-orang yang sangat berperan dalam sebuah upacara.
       Kemudian apabila dalam jotan tersebut ada nasi yang dibungkus biasa maka artinya hanyalah sebuah pemberitahuan atau sekedar ucapan terima kasih dan yang diberikan nasi jotan model demikian hanyalah orang-orang yang masih dalam lingkungan keluarga dekat.Dalam adat ngejot di Bali banyak sekali kasus yang tak diinginkan muncul seperti percekcokan keluarga akibat ngejot tersebut.Seperti misalnya ada salah seorang dari orang yang diberi jotan tersebut makan nasi jotan tersebut,kemudian dalam beberapa saat ia sakit perut,maka kontan saja orang yang memberi jotan tersebut menjadi sasaran tuduhan bahwa nasi jotan tersebut telah berisi cetik(racun).Demikian pula ada pula yang menitipkan cetik kepada orang yang tidak disukainya melalui nasi jotan tersebut.Seperti misalnya si A berselisih dengan si B,kemudian ada keluarga si C yang mempunyai hajatan,kemudian mengejot kepada si B.Maka si A menggunakan kesempatan jotan si C dengan memberikan cetik sehingga si B mengalami sakit.Jadi yang menjadi sasaran tuduhan kemudian adalah si C,sedangkan si A selamat.
       Ada lagi bahwa kejadian karena saking banyaknya ngejot ,ada salah satu atau lebih dari masyarakat atau tetangga ,bahkan sering sekali keluarga dekat tak dapat jotan.Sayang hal ini sering ditanggapi sebagai sebuah sentiment pribadi yang menyebabkan hubungan mereka menjadi tak harmonis.Padahah hal tersebut tak disengaja.Saking banyaknya ngejot dan jaraknya juga jauh,memerlukan waktu yang lama,sering sekali jotan sampai di tempat tujuan keadaannya sudah basi.Karena sudah basi kemudian oleh penerima jotan tersebut diberikan celeng atau dibuang.Nah pas suatu ketika ada yang melihat ketika nasi tersebut dibuang,kini kembali muncul masalah bahwa si Anu membuang nasi jotan yang diberikan si A sehingga akhirnya,disangka bahwa si Anu tak menerima nasi jotan,atau melecehkan jotan tersebut,sehingga apa yang terjadi ?ujung –ujungnya mereka menjadi tak tegur sapa akibat membuang nasi  jotan.Itulah nasi jotan yang memiliki nilai ganda,satu sebagai rasa persaudaraan ,keluarga,dan persatuan.Namun dilain pihak juga rentan menimbulkan suatu yang tak  diinginkan seperti beberapa contoh kejadian di atas.Yah itulah adat memang memiliki dua sisi.Namun sayang sekali kita lebih sering terjebak dalam sisi negative dari jotan tersebut,dan segaja membesar-besarkannya yang berujung pada sentimen pribadi,dan perpecahan dikalangan masyarakat adat.               

Rabu, 17 Agustus 2011

ENGKIK-ENGKIK ENGKIR


 Pernah mendengar burung engkik-engkik engkir? Atau  paling tidak mendengar suaranya yang rada-rada sedih memelas di kejauhan yang berbunyi”engkikkk… engkkiiikkk …engkiiiirrrrr….”suaranya mengundang rasa iba,kerena ia berbunyi kadangkala disiang hari,pagi hari bahkan pada malam hari.Rupa dari burung ini mirip seperti burung crucuk dengan ukuran yang juga sangat mirip.Biasa burung ini muncul ketika musim hujan akan berakhir yakni pada sasih kedasa atau sekitar bulan Maret – April.Burung ini muncul setiap setahun sekali,kemudian banyak mitos yang menyertai kehadiran burung ini.Konon burung ini akan melahirkan anaknya,namun sehabis melahirkan,maka dadanya akan pecah dan ia segera akan mati.Nah kedatangan kematiannya tersebutlah yang diratapi oleh burung tersebut dengan mengalunkan suara yang sedih.Diyakini pula burung ini adalah burung yang sedang meratapi nasibnya dengan megalunkan suara sedih engkik-engkik engkir.Katanya burung ini merasa sedih karena segera akan meninggalkan anaknya yang baru lahiruntuk ditinggal mati,tak ada yang mengasuh.Karena itulah ia menangis sedih pagi,siang dan malam.
       Kemudian ada mitos yang menyatakan bahwa burung ini adalah jelmaan dari atma-atma kesasar atau roh-roh gentayangan yang sedang mendapatkan hukuman.Atau roh-roh yang yang tak mengetahui dimana ia berada,karena ia diliputi oleh kebingungan dan ketakutan,sehingga dengan demikian ia merasa ketakutan dan mengumandangkan suara yang sedih di atas pohon.Terlepas dari mitos yang berkembang secara turun temurun di  masyarakat ,apa sebenarnya burung engkik-engkik engkir tersebut ?.Sejatinya burung tersebut adalah burung biasa dengan suara yang memeng mengalun sedih,terdengar sampai pada jarak yang cukup jauh.Memang begitulah kicauannya.Mengenai postur tubuhnya sangat  sangat mirip dengan burung crucuk,warnanya abu-abu,sedangkan di bagian kepala sedikit agak kelabu kebiruan.Kehadirannya pada bulan Maret – April.Karena memang burung ini adalah burung yang mengikuti arus hujan,sehingga ia harus bermigrasi dari satu tempat ketempat lainnya.Kebetulan bahwa hujan di Bali berlangsung pada bulan Nopember sampai  April maka burung ini muncul pada bulan Maret – April atau mungkin mendahului yakni pada bulan Februari,tergantung dari siklus hujan.Burung ini pada musim Maret – April itu adalah masanya untuk berkembang biak atau kawin dengan melantunkn suara yang merdu untuk menarik pasangan lawan jenisnya.Kedian ketika perkawinan berlangsung,burung ini tak punya keterampilan membuat sarang,sehingga untuk urusan bersarang ia harus menjadi parasit.Maksudnya adalah ia akan mencari sarang burung crucuk atau burung kepicitan atau burung cinglar yang sedang bertelur.Ketika pemilik sarang tak ada,maka burung engkik-engkik engkir tersebut bertelur disarang burung tersebut.Agar tidak kentara perbuatannya,maka ia menjatuhkan telur burung pemilik sarang,sehingga ketika datang burung pemilik sarang (burung crucuk atau cinglar)untuk mengeraminya,maka burung crucuk mengira bahwa ia mengerami telurnya sendiri.Padahal telur yang di eraminya adalah telur burung engkik-engkik engkir.Itulah sebabnya kalau di perhatikan disekitar burung engkik-engki engkir berbunyi,maka disekitarnya pasti ada burung crucuk atau burung cinglar.Mungkin disekitar tersebut sedang ada burung crucuk yang sedang bertelur.
       Setelah menetes,maka burung crucuk secara tak sengaja akan mengasuh anak dari burung engkik-engkik engkir. Ketika itu induk burung engkik-engki engkir tersebut telah meninggalkan daerah tersebut untuk bermigrasi kedaerah lainnya.Si burung burung pengasuh ini akan setia mengasuh dan membesarkan anak yang bukan anak kandungnya sendiri.Karena burung ini juga mirip dengan dirinya,demikian pula dengan telurnya ukurannya sangat mirip,sehingga tidak mengundang kecurigaan burung crucuk.Itulah kehidupan biologis dari burung engkik-engkik engkir yang curang.Ia mengorbankan anak orang lain demi kelangsungan hidup anaknya sendiri.Ia sendiri adalah bukan seekor burung yang trampil karena tak bisa membuat sarang .Burung ini juga burung malas,karena menyerahkan pengasuhan  anak pada burung lain.Ia adalah type burung yang sangat tega meninggalkan anaknya mengembara ke tempat-tempat yang ia ingini.Nah terkait dengan misteri  burung Engkik-engkik engkir yang ditandai dengan suara yang mengalun lantang,biasnya ia berbunyi diatas pucuk pohon yang tinggi.Dengan frekwensi serta suara yang sangat tinggi kuat dan ditempat yang tinggi,maka suaranya terdengar sampai kejarak yang jauh.Inilah pada jaman dahulu dipakai sebagai tanda Sasih Kedasa(Bulan kesepuluh dalam penanggalan Bali).Terkait dengan tanda dari burung ini,konon kabarnya Ida Cokorda Pemecutan dari Puri Pemecutan sangat meyakini kehadiran burung ini sebagai pertanda Sasih Kedasa.Konon sebelum Ida Cokorda Pemecutan mendengar burung tersebut berbunyi lantang,maka tidak akan diadakan upacara odalan atau Ngedasa di Pura Tambangan Badung.
       Demikian kabarnya mengenai misteri dari burung Engkik-engkik Engkir yang banyak diceritakan di Bali.                               

ARYA KETUT PUCANGAN


Di ceritakan Arya kenceng sekian tahun lamanya berputralah seorang laki-laki kelahiran brahmana.Setelah remaja putranya selalu berteman dengan putra Dalem atau putra Arya Sentong yang sama-sama kelahiran brahmana.Tidak lama kemudian wafatlah Arya Kenceng.Tak sedikit kesedihan di pihak punggawa bahudanda.Kini saatnya upacara pelebon dilaksanakan sesuai dengan amanat Dalem agar memakai Bade tingkat sebelas.Upacara ini diwariskan pada seluruh keturunannya hingga kini.Untuk Sanghang Pitra dibuatkan suatu pedarman bernama Batur.Tempat ini menjadi tempat persembahyangan para leluhur dan keluarganya selama-lamanya.
                Sepeninggal Arya Kenceng  yang memerintah Tabanan,beliau meninggalkan tiga orang putra dan seorang putri.Yang tertua bernama Dewa Raka bergelar MegadaPrabhu,yang kedua bernama Dewa Made bergelar Sri Magada Nata,yang kemudian menjadi Arya Ngurah Tabanan,kedua-duanya kelahiran brahmana.Dua putra yang sedang jejaka bernama Kyai Tegeh (Tegeh Kori)mengikuti adiknya terbungsu (wanita)yang lahir dari Tegeh Kori.Tersebutlah keempat putra raja,dimana Sri Magada Prabhu tidak suka menerima amanat menggantikan kedudukan ayahnya,karenanya diserahkan kepada Sri Magada Nata untuk menggantikan kedudukan ayahnya yang bergelar Arya Ngurah Tabanan.
                Sedangkan Kyai Tegeh Kori mencari tempat baru di daerah Badung,disebelah utara kuburan Badung ,beliaulah yang membuat bendungan di Desa Pegat,dan menurunkan wangsa Tegeh Kori.Yang bungsu menetap di keraton. Diceritakan Sri Magada Prabhu dan Sri Magada Nata keduanya sama-sama pemberani dan perwira serta sakti tak terklahkan dalam medan pertempuran,beliau biasa bermain-main selalu berlatih pedang dalam perang tanding.Beliau sama- sama kebal,Sri Magada Prabhu mempunyai seorang Putri,dipelihara oleh yang memerintah di Pucangan.Ada lagi putra angkatnya,yaitu :Ki Tegeh Buwahan,Ki Bendesa di Tajen, Ki Telabah di Rejasa sama-sama keturunan Ngurah Tegeh Alo,Ki Bendesa Beng keturunan Pasek Buduk.tak diceritakan semuanya.
                Diceritakan Sri Magada Prabhu setelah beberapa tahun lamanya,akhirnya wafat dan meninggalkan keturunannya.Kembali diceritakan Sri Magada Nata atau Sri Arya Ngurah Tabanan beliau sangat terkenal dan berwibawa serta bijaksana dalam mengamankan Negara.Beliau selalu menghadap Dalem Ketut yang bergelar Sri Smara Kepakisan yang beristana di Swecapura Linggarsapura,Sukasada atau Gelgel dan sebagai putra dalem,oleh Dalem Wau Rauh.Yang terakhir adalah Sri Kresna Kepakisan beristana di Samprangan(sebagai adik oleh dalem Ile).Arya Ngurah Tabanan berputra 7 orang,lahir dari dua ibu para sanghyang.Yangtertua bernama Arya Ngurah Langwang,yang kedua Ki Gusti Madyatara(Ki Gusti Made Kaler),Yang ketiga bernama Ki Gusti Ketut Dangin Pangkung.Dan yang lain ibu adalah Ki Gusti Nengah Samping Boni,Ki Gusti Nyoman Ancak, dan Ki Gusti Ketut Lebah.
                Diceritakan selama Sri Magada Nata memerintah di Tabanan,timbullah sesuatu atas kehendak Sanghyang Parama Kawi,dimana ajumpung rambut Dalem sejak kecil.dalem melimpahkan kepercayaan dan perhatian  yang sangat besar ,lalu diutuslah untuk pergi ke Jawa meninjau kerajaan Wilwatikta.Sungguh sepi keadaan Negara.Terjadilah huru-hara yang dilakukan oleh bahudanda dan golongan petani karena masuknya agama Islam Akhirnya beliau kembali ke Bali.Tiada diceritakan tentang perjalanan beliau, tersebutlah adiknya di Pucangan yang di peristri oleh Dalem Gelgel,diserahkan kepada Kyai Asak  di Desa Kapal yang masih berkemenakan Arya Wongaya Kepakisan,seorang kesatria dari Kediri.Sesampai Sri Magada Nata di Keraton,akhirnya menghadap Dalem  dan diketahui adiknya diserahkan Kyai Asak.Sedih dan Marah hatinya terhadap Dalem.Maka beliau menyerahkan keraton dengan segala isinya dan kekuasaan Negara kepada putranya  yang tertua  bernama Arya Langwang dan tetap bergelar Arya Ngurah Tabanan.Sri Magada Nata berkeinginan meninggalkan keratin dan mendirikan sebuah pondok di tengah hutan,di sebelah tenggara keratin Pucangan yang dinamai Kubon Tingguh.Tempat itu merupakan tempat berduka cita.Kemudian beliau menikah dengan putrid Bendesa Pucangan yang masih kemenakan sepupu dari yang berasrama di Kubon Tingguh.Lahirlah seorang putra yang sangat sempurna bernama Kyai Ketut Bendesa(Kyai Pucangan).Setelah pantas memakai kain dan keris lalu diserahkan kepada keluarga Ngurah Tabanan dan menetap bersama-sama di daerah Buwahan.Disana beliau merasakan kebahagiaan.Setelah beberapa tahun berasrama di Kebon Tingguh,beliau wafat.Diselenggarakan upacara menurut adat raja sebagaimana mestinya.
                    Tersebutlah kisah Kyai Pucangan,kini telah remaja tetapi tak pernah tidur di keratin.setiap malam beliau tidur di rumah seorang petani atau dibalai banjar,tempat-tempat berjualan,dan di pondok-pondok orang. Tujuanya untuk menyelami kemelaratan hidup dan kebahagiaan nyata sehari-hari .Karenanya ,jika malam hari selalu ada yang berjalan-jalan,melihat nyala api di tepi jalan.Tentu orang akan menuduh ini akibat ulahnya.Jika sudah dekat api seketika lenyap dan hanya Arya Ketut Pucangan yang tampak sedang tidur.Semakin banyak orang mengetahui hal itu.Setiap Arya Ketut Pucangan sedang tidur disana selalu Nampak api menyala.Hal itu terdengar oleh Prabhu Pucangan,lalu memerintahkan adiknya Kyai Pucangan  untuk merabas pohon beringin di luar keraton karena telah besar dan tinggi,takut akan malapetaka olehnya.Sebelumnya tak ada orang yang berani merabas pohon beringin diluar keraton tersebut,namun Kyai Pucangan tak berpikir panjang lebar, beliau terus memanjat serta merabas dengan belakas(sejenis golok).Sekejap mata cabang- cabangnya habis dirabas.Tinggal  puncaknya menjulang tinggi dan terus di panjat dan ditebang.Setelah itu lalu naik kepuncaknya dan duduk sambil menunjukkan kepada khalayak ramai atas keberaniannya.Melihat hal itu orang menjadi heran dan kaget dan ngeri.Barulah teringat akan hubungan kekeluargaan dengan Prabhu Buwahan pada Zaman dahulu.Jugaterhadap keluarga-keluarga lainya sama-sama dari satu  keturunan.Sangat mengherankan keberanian Kyai Ketut Pucangan ,beliau dititahkan untuk turun.Mendengar perintah raja,maka Ketut Pucangan lalu turun dan menghadap.Sejak itulah Ketut Pucangan di beri gelar Ketut Notor Wandira,dan juga anugrah sebilah keris bernama I Cekele.
                Kini diceritakan Arya Notor Wandira telah dewasa beliau mengambil istri dari Desa Buwahan.Mempunyai dua orang putra bernama Kyai Gede Raka dan Kyai Gde Rai.Setelah berputra,berkeinginan memegang tampuk pemerintahan,karenanya beliau melakukan semadi ke gunung Beratan dan Batukaru.Tidak diceritakan dalam yoga semadinya,terdengarlah sabda”Wahai Sang Arya Notor Wandira,aku tak wajar menganugrahi kau sesuatu.Sebaiknya kau pergi ke Gunung Batur,memohonlah kepada Bhatari Danu.Tentu kau akan dikabulkan!” Setelah demikian,dn berhentikanlah yoga semadinya dan pulang kerumah.Tak terungkapkan setiba di keratin,sehingga pada suatu masa selalu berkunjung kemana-mana.Sampailah di Desa Tambiak dan bertemu dengan anak laki-laki berwajah hitam,berambut merah,bergigi putih yang lahir dari belahan batu di Pura Tambiak.Lalu ditanyakankeadaan dirinya,dia tak tahu akan dirinya.Itu sebabnya dipungut dijadikan hamba sahaya oleh Arya Notor Wandira,dinamai Ki Tambiak yang kemudian bernama Andagula.Pada suatu ketika teringatlah akan sabda Betara Batukaru,lalu berangkat bersama ki Tambiak ke Selegiri.Namun jalannya salah arah karena kegelapan,akhirnya tiba di Panarajon.Di situlah mulai melakukan yoga semadi,memohon kepada Sanghayang Wisesa.Tiba-tiba nampaklah Sanghyang Panarajon dan bersabda,”wahai Kyai Pucangan,perbuatanmu ini salah terhadapku,aku Hyang Panarajon,aku Sedahan Sanghyang Batur.Hentika yoga semadimu,pergilah ke Gunung Batur,aku akan menyertai perjalananmu!”Akhirnya dihentikanlah yoga semadinya.Perjalanan diteruskan kearah tujuan diikuti oleh Ki Tambiak.Tak lama kemudian sampailah di Selegiri,dan terus duduk beryoga.Pada waktu itu Nampak olehnya Sanghyang Danu,seraya bersabda”Duh Kyai Pucangan,Hentikanlah yoga semadimu ,akan aku penuhi permintaanmu.Aku tahu akan cita-citamu .Bantulah aku menyeberangi danau!Walau seberat itu Syaratnya Arya Pucangan tak menolaknya.Bahkan makin teguh hatinya,beliau tidak merasa takut karena tanpa berdasarkan rajah tamah.Lalu diusunglah Bhatari Danu ketengah danau,namun pergelangan kakinya tidak tenggelam.Dengan demikian,sampailah di tepi danau Bersabdalah Bhatari Danu”nah selesailah ujian yang kuberikan.Kau Arya Pucangan tercapailah cita-citamu sebagai prabhu.Pergilah daerah Badung menghadap Anglurah Tegeh Kori.Di sana akan mendapat kebahagiaan hidup.”Demikian sabda Bhatari,yang selalu diantar oleh Hyang Panarajon.Kemudian beliau kembali ke Buwahan bersama Ki Tambiak.
                Tak diceritakan Arya Notor Wandira di keratin ,beliau bersama Ki Tambiak menuju Badung,bermalam di rumah De Beruyut Lumintang.Keesokan harinya perjalanan dilanjutkan bersama De Beruyut Lumintang.Setibanya di persawahan Tegal lalu menghadap ke keraton.Nampak Kyai Tegeh Kori didampingi oleh beruyut Tegal.Kyai Pucangan Menghaturkan sembah sujud bersama keluarganya.Bergembiralah yang berkedatangan tamu,lebih-lebih masih hubungan sanak keluarga.Dikemudian hari berputralah beliau dan di beri nama Kyai Nyoman Tegeh.Putra Kyai Ngurah Tegeh Kori adalah Kyai  Gede Tegeh dan Kyai Made Tegeh,keduanya berkelakuan tidak baik dan tidak tahu dharma kerajaan hanya mengejar kepuasan nafsu dan tak mau mendengar nasehat orang tua.Disitulah Kyai Nyoman Tegeh ditetapkan dirumah Mekel Tegal  disertai rakyat 25 orang.Demikianlah perjalanan hidup Kyai Pucangan yang selalu mendampingi Kyai Ngurah Tegeh Kori,sehingga merasa berbahagia sebagai seorang satria utama dan Kyai Pucanganlah yang mendirikan Puri Pemecutan(kerajaan Bandana).         

Rabu, 10 Agustus 2011

KUNTI SRAYA

Dikisahkan di negeri Pandawa terjadi kekacauan yang disebaban oleh para Bhuta Kala yakni Bhuta Kalantaka dan Bhuta Kalanjaya.Terjadi malapetaka dan wabah penyakit,rakyat menjadi kacau dan tidak menentu.Berbagi upaya dilakukan untuk menaklukan kedua bhuta kala tersebut namun tidak berhasil.Kedua bhuta kala ini tidak dapat dikalahkan oleh para kesatria Pendawa bahkan Kresna pun turun tangan untuk menghadapi kedua bhuta kalaini,namun tidak bisa berbuat banyak.Kejadian ini diketahui oleh Dewi Kunti yang ternyata disebabkan oleh pengikut Betari Dalem(dewi Dhurga).Dewi Kunti berujar kepada Krisna "Coba saya yang akan bertanya kepada Bhetari Durga".Dewi Kunti kemudian bertanya kepada Betari Dalem(Dewi Dhurga).
      Dewi Kunti berangkat menuju ke Setra Gandamayu menghadap Ida Betari Dhurga.Setelah melakukan ritualnya,Kemudian Ida Betari Dalem menampakan diri beliau.Dewi Kunti bertanya kepada Hyang Betari kenapa kejadian di negeri Pendawa bisa terjadi ,apa sebabnya ? Betari bersabda "anakku Kunti,kau telah lupa dengan janjimu terdahulu kepadaku.Kau pernah berjanji memberikan anakmu sebagai korban kepada-Ku,ketika engkau meminta tolong kepada-Ku untuk menyelamatkan Pandawa ketika mendapat bahaya di goa gala-gala".Atas sabda dari Ida Betari Dhurga maka Dewi Kunti ingat dengan janjinya untuk menghaturkan anaknya yang kembar yakni Nakula dan Sahadewa kepada Ida Hyang Betari Dalem.Dewi Kunti urung melakukannya karena bagaimanapun kedua anak itu (Nakula dan Sahadewa) adalah anaknya walaupun anak itu anak tiri.Bagaimana kata masyarakat sampai harus mengorbankan anaknya sendiri untuk hal-hal yang tidak diinginkan.Itulah yang membuat murka Hyang Betari Dalem dan mengutus Kalika Maya (murid kepercayaan Betari) untuk masuk kedalam tubuh Dewi Kunti,yang menyebabkan Dewi Kunti menjadi kerasukan dan kehilangan kontrol.Dalam keadaan Kerasukan tersebut Dewi Kunti mengambil kedua putranya (Nakula-Sahadewa) untuk menghaturkan kepada Hyang Betari.
      Dewi Kunti yang dirasuki oleh Kalika Maya berhasil membawa Nakula-Sahadewa kehadapan Hyang Betari.Hyang Betari melihat dan ingin menaklukannya beberapa kali sebagai korban, namun tidak berhasil.Setelah dilihat-Nya secara baik-baik oleh Hyang Betari,beliupun merasakan keanehan kepada kedua anak ini.Akhirnya Hyang Betari mengetahui siapa sebenarnya kedua anak ini dan teringat pesan dari Betara Siwa.Kedua anak ini adalah penjelmaan Sanghyang Kumara-Kumari yang tidak lain adalah putra dari Betara Siwa dan Dewi Uma.Dulu ketika di Siwa Loka Hyang Betari Dalem adalah perwujudan Dewi Uma.Pada saat itu Dewi Uma memperlakukan Sanghyang Kumara-Kumari secara tidak adil (dianiaya).Kejadian ini diketahui oleh Betara Siwa yang akhirnya mengutuk Dewi Uma menjadi raksasa yang turun ke bumi  menjadi Hyang Bhairawi  berdiam di Setra Gandamayu.Adapun pesan Dewa Siwa kepada Dewi Uma sebelum turun ke bumi"Hai Dewi Uma,saat kau turun ke bumi kau akan menjadi raksasa (Bhairawi),tatkla Hyang Kumara-Kumari menjelma menjadi sepasang anak kembar,maka saat itulah kau memohon maaf dan mendapat penyupatan,untuk kembali menjadi Dewi Uma.Teringat akan hal tersebut,akhirnya Hyang Betari memohon maaf dan meminta penyupatan kepada kedua anak tersebut.Berubahlah Hyang Betari Dhurga (Bhairawi)menjadi Uma Dewi.Pada saat itu juga Dewi Uma memberikan anugrah kepada Nakula-Sahadewa.Akhirnya bencana di negeri Pendawa menjadi hilang normal kembali.   

Selasa, 09 Agustus 2011

BETARA ARYA KENCENG DI BALI


Dengan wafatnya ibu suri Rajapatni/Gayatri(istri Raden Wijaya,ibu Tribhuwana) maka Ratu Tribhuwana turun tahta dan menyerahkan mahkotaa kerajaan kepada putranya Hayam Wuruk (yang saat itu baru berusia 16 tahun).Dengan diangkatnya Hayam Wuruk sebagai raja Majapahit (1350-1389),maka keadaan di Bali juga mengalami perubahan.Atas usul Mangkubumi Majapahit yaitu Gajah Madam aka Sri dalem Ketut Kresna Kepakisan (putra keempat dari Mpu Kepakisan) diangkat menjadi Adipati di Bali dengan keratin di Samprangan yang kemudian melahirkan dinasti Dalem.Sedangkan Betara Arya Kenceng dinobatkan menjadi penguasa wilayah Tabanan dan memimpin para Arya lainnya yang juga menempati wilayah tertentu sesuai dengan perintah Adipati Sri Dalem kresna Ketut Kepakisan(1350-1380).Betara Arya Kenceng berkuasa di Tabanan dengan istananya di puri Buahan/Pucangan,Arya Sentong di Pacung,Arya Belog di Kaba-Kaba,Arya Kutawaringin di Gelgel.Sebagai kepercayaan adipati Bali,Arya Kenceng ditugaskan sebagai pucuk pimpinan para arya dan menjabat Menteri Utama,maka beliau sangat sering menghadap kekeraton Samprangan.Demikian pula dalam menumbuhkan kepercayaan masyarakat Bali dan mewujudkan ketentraman di bali,maka diupayakan melakukan perbaikan dan pembangunan serta pelaksanaan upacara besar di Pura Besakih dan Pura Kentel Gumi(puranya masyarakat seluruh Bali),dimanapara arya utamanya Arya kenceng dan Arya Sentong tidak kalah penting peranannya dalam pembangunan tersebut.Dari sana terlihat cukup jelas pengabdiaanya yang tulus iklasdan penuh tanggung jawab,sehingga beliau di segani dan dihormati oleh semua lapisan masyarakat.Karena itu Raja Adipati Bali memberikan wasiat utama kepada Arya Kenceng :
1.    Bilamana kelak meninggal dunia boleh menggunakan apa saja yang dipakai oleh Raja Adipati,kecuali tingkat upacara Naga Banda secara turun temurun,demikian pula hubungan persaudaraan agar tetep rukun dan saling mencintai.
2.    Dalam pemerintahan berhak mengatur tinggi rendahnya kedudukan derajat kebangsawanan dan menjatuhkan hukuman dan denda yang berat atau ringan dan adinda juga berhak mengatur seluruh para Arya sedangkan para Arya dilarang membantah Adinda.
Setelah wafat beliau,Betara Arya Kenceng ,tak terlukiskan betapa sedihnya rakyatnya.pada hari yang baik dilaksakan upacara pembakaran jenazahnya sesuai dengan anugrah Dalem,menggunakan usungan/Bade tingkat 11(sebelas).Adapun roh sucinya dibuatkan Tugu Penghormatan(Pedarman) disebut Batur.Dari perkawinan Ida Betara Arya Kenceng dengan seorang putri Brahmani Ketepeng Reges Majapahit,melahirkan dua orang putra yaitu Dewa Gede dengan gelar Shri Megadaprabu dan Dewa Rai dengan gelar Shri Megadanatha,yang juga bergelar Sirarya Ngurah Tabanan.Sedangkan yang lahir lain ibu adalah putra ketiga bernama Kyai Tegeh atau Kyai Tegeh Kori dan adiknya yang bungsu bernama Istri Tegeh,mungkin ibunya berasal dari Desa Tegeh di Penebel.Karena Shri Megadaprabu lebih memilih menjadi seorang pertapa maka kedudukan ayah beliau digantikan adiknya Megadanatha.a   dapun adiknya Kyai Tegeh Kori ditugaskan menempati wilayah Badung yang berpusat di Tegal/Bandanagara,disebelah selatan kuburan Badung sekarang.(1378),atas permintaan Ki Bendesa Manik Mas Badung kepada Betara Arya Kenceng,karena daerah Badung tiada pemimpin setelah ditinggal pergi oleh Kyai Anglurah Penatih Rsi.Sebelumnya wilayah Kertalangu(Kesiman sekarang) dipimpin oleh Kyai Anglurah Penatih Rsi,akan tetapi karena  suatu peristiwa menyebabkan keluarga Puri Kertalangu tercerai berai bahkan ada yang menetap di Puri Sulang Klungkung.Pada awalnya Ki Dukuh Pahang atau Dukuh Sakti mohon pamit  kepada Kyai Anglurah Penatih Rsi(menantu),akan pulang ke sorgaloka dengan jalan Moksah.Akan tetapi beliau tidak percaya akan hal tersebut,bahkan memerintahkan kepada pejabat puri dan rakyatnya agar memukuli Ki Dukuh bilamana tidak bisa moksah.Kenyataanya semua berjalan dengan sempurna dan Ki Dukuh sempat memberikan kutukan sebagai berikut :”Inggih Kyai Anglurah Penatih,retuning maring Kertalangu,Jhah tasmat Kyai Anglurah Penatih kerusak antuk semut”selang 42 haridari moksahnya Ki Dukuh,kemanapun Kyai Anglurah Penatih pergi dicari terus oleh pasukan semut yang luar biasa banyaknya,sampai akhirnya terselamatkan di Desa Sulang Klungkung.Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Kyai Anglurah Penatih Rsi di Kertalangu dan digantikan oleh Kyai Tegeh di Tegeh Kori/Badanagara.     

Arya Damar

Arya Damar di Bali
Setelah ekspedisi militer ke tanah sumatera berhasil dengan baik maka pada tahun1343M dilaksakan ekspedisi ke Bali yang dipimpin oleh panglima perang Sang Arya Damar dan Gajah Mada bersama para arya lainya,karena pertahanan raja Bali dinilai cukup tangguh maka perlu mengatur strategi perang dengan sasaran sebagai berikut :
1.      Sang Arya Damar memimpin pendaratan dipantai Bali Utara,dibantu oleh Arya Sentong dan Arya Kutawaringin.
2.      Gajah Mada memimpin pendaratan dipantai Timur Gunung Agung.
3.      Pendaratan dipantai Bali Selatan dipimpin oleh perwira yang masih ada hubungan keluarga dengan Arya Damar,masing-masing bernama Arya Kenceng,Arya Belog,Arya Pengalasan dan Arya Kanuruhan.
4.      Sedangkan dari bali Barat dipimpin oleh Adipati Takung yang disebut juga Orang Agung dengan kesatuan tentara dari Sunda yang berjumlah 2000 orang.                                           
Demikianlah terjadi pertempuran yang sangat dahsyat sampai memerlukan waktu yang cukup panjang lebih kurang tujuh bulan,dimana pertahanan Bali dipimpin Patih Pasung Grigis yang dibantu oleh :
1.      Giri Kmana berkedudukan di Denbukit (Bali Utara)
2.      Tunjung Tutur berkedudukan di Tianyar (Bali Timur)
3.      Ki Buwahan berkedudukan di Desa Batur.
4.      Ki Tambiak berkedudukan di Jimbaran (Bali Selatan)
5.      Ki Kopang berkedudukan di Desa Seraya (Bali Timur)
6.      Ki Watusingkal berkedudukan di Desa Taro
 Setelah Bali dapat ditundukan dan tidak lama kemudian Sang Arya Damar dapat panggilan untuk kembali ke Majapahit dan selanjutnya ditugaskan ke Palembang.Dari Palembang beliau melanjutkan perjalanan dan mengembangkan kekuasaanya menjadi kerajaan Malayapura/Darmaseraya dengan pusatnya di Pagaruyung dan mendapat gelar Maharajadiraja pada tahun 1350 M.beliau wafat pada tahun 1376 M dalam usia 83 tahun di Pagaruyung dan dimakamkan di Kubu Rajo Limo Kaum kabupaten Tanah Datar,Sumatera Barat.Dari prasasti batu nisan yang bersurat huruf Pallawa dan Melayu Kuno dan dapat dibaca dan disimpulkan bunyinya sebagai berikut : DISINI BERBARING SEORANG ANAK RAJA  ADVAYAWARMAN bernama ADITYAWARMAN
              Sepeninggal Sang Arya Damar dari Bali beliau meninggalkan tiga orang putra : Arya Kenceng di Tabanan,Arya Belog di Kaba-Kaba dan Arya Delancang di Kapal.Diceritakan Arya Kenceng dengan putri seorang Brahmana dari Ketepeng Reges,sementara putri yang ketiga menikah dengan Arya Sentong dan putri yang sulung menikah dengan Sang Adipati Sri Dalem Ketut Kresna Kepakisan.                  

Minggu, 07 Agustus 2011

Penyerangan Majapahit ke Bali

1
Penyerangan Majapahit ke Bali
Om awigenammastu namo siddam
Semoga tidak ada halangan dan berhasil
      Sembah sujud hamba kehadapan Ida Sanghyang Parama Wisesa,yang(ala-ayuning)kehidupan manusia di dunia ini.Semoga tidak ada halangan dalam penulisan babad(sastra sejarah) ini.Bebas hamba dari segala kesalahan dan kekeliruan,karena kurang paham terhadap Purana Tattwa,serta dengan hati yang tulus dan suci bermaksud menyusun cerita sejarah,sebagai usaha untuk mengingatkan para keluarga dan anak cucu.Semoga berhasil dan mencapai kesempurnaan.
            Dahulu kala sekitar tahun 1250 – 1256,yaitu pada pemerintahan raja wanita dari kerajaan Kahuripan bergelar Jaya Wisnu wardani,raja Majapahit yang ketiga sebagai prameswari Sri kala Gemet yang menjadi raja Majapahit kedua,putra dari Sri Jaya Wardana(raden wijaya)raja Majapahit pertama.Keturunan Prabhu Siwa-Budha yang bertahta di Singosari,masih ada hubungan keluarga dengan Prabhu Tunggul Ametung di Tumapel(dari garis keturunan perempuan)karena upaya Prabhu Ken Arok dari keturunan laki-laki.
       Baginda raja istri sebagai pemegang tampuk pemerintahan di Wilwatikta (Majapahit),bersuamikan Raden Cakradara,seorangbangsawan (kesatria) dari Kahuripan bergelar Sri Kertha Wardana.Beliaulah di beri hak dan kekuasaan penuh oleh Sri Maharaja Dewi untuk memerintah seluruh kerajaan di Jawa dwipa,karena pengetahuannya,rupawan,gagah perkasa,pandai serta bijaksana dalam ilmu pemerintahan.Beliau selau dekat dengan Patih Gajah Mada,yang ditetapkan menjadi patih amengku bumi di Majalangu.beliau adalah seorang patih yang amat sakti,bijaksana,pintar dalam ilmu pemerintahan serta ilmu perang sehingga beliau terkenal diseluruh nusantara.
Diceritakan pada zaman Majapahit ada enam orang kesatria dari kahuripan sebagai berikut :1.Raden Cakradara 2.Arya Damar 3.Arya Kenceng 4.Arya Kuta wandira 5.Arya Sentong  6.Arya Belog(Arya Tan Wikan).Adapun ceritanya dizaman dahulu,pada tahun 959 ada sebuah kerajaan yang memerintah di jawa Dwipa bernama Kediri,beristana di Daha bernama Sri Maharaja Erlangga,Maharaja Rakehalu,Lokeswara,Darma Wangsa,dan Wikrama Utunggadewa.Tersebutlah kerajaan-kerajan diwilayah pantai.Atas siasat serta upaya dari kerajaan Kediri sehingga dapat mengalahkan Sri Walunata Dirah.Ada tiga orang putra-putrinya,seorang putrid dan dua orang putra.Putri sulung lahir dari Sadampati bernama Diah Kili Suci,beliau juga bergelar Endang Suci Dan Rare Kapucangan,namun tiada pernah ingin tetap berwibawa  ataupun kesenangan lahir,karena merupakan wanita yang Patibrata(penuh pengendalian diri),beliau tidak menikah karena beliau sebagai seorang Sukla Brahmacari yang senang mengembara dan melaukan tapa yoga semadhi.Kedua putranya lahir dari seorang istri yang kemudian membagi kerajaan sebagai pewaris kerajaan.seorang yang beristana di Kediri(Daha)dan menurukan raja-rajaKediri.Nama-nama beliau : Jayabaya,Sri Dangdang Gendis,Jayasabha,dan yang terakhir bernama Jayakatong.Dan putra yang terakhir menjadi raja di Kahuripan(jenggala) yang diangkat sebagai putra oleh keluarga kerajaan kahuripan hingga melahirkan enam kesatria bersaudara diatas. 
Kembali pada cerita diatas,pada zaman enam ksatria bersaudara.Putra yang pertama bernama Raden Cakradara,seorang putra yang berpengetahuan,bijaksana,tiada lepas dari kitab-kitab suci,juga sebagai perwira sejati dalam peperangan.Beliau terpilih dalam suatu sayembara dan diangkat menjadi suami oleh raja wanita Bra Wilwatikta yang ketiga.Sesuai upacara pernikahan,beliau bergelar Sri Kerta Wardana.Putra yang kedua bergelar Arya Damar,Arya Teja,Raden Dilal,(Kyai Nala).Demikian nama-namanya,memiliki kemauan keras penuh tekad,serta keberanian yang tiada tanding.Putra ketiga Arya Kenceng adalah seorang perwira sejati ,bijaksana dalam ketatanegaraan.Yang keempat  Arya Kuta Wandira/Waringin.Yang kelima Arya Sentong .Yang keenam atau yang terakhir Arya Belog .Semuanya sangat bijaksana dalam mengatur hukum tata negara,di bawah pengawasan Sri Dewi Maharaja Dewi Wilwatikta.
Pada tahun 1256 setelah menaklukkan raja Bedahulu Bali yang bernama Sri Gajah Wahana atau Tapo Ulung dan patih kepercayaan yang bernama Kebo Iwa,gugur karena tipu muslihat Patih Gajah Mada.Sedangkan Pasung Grigis masih hidup tak dapat dibinasakan oleh Gajah Mada karena kesaktiannya.Sejak jatuhnya para punggawa dan patih andalan kerajaan Bali oleh tentara Majalangu yang dipimpin oleh Gajah Mada,maka setelah perlengkapan perang telah siap,kembalilah pasukan Majapahit berlayar ke Bali.Penyerangan dibagi tiga arah.Gajah Mada Meyerang dari arah timur dengan para pengiringnya dari keturunan Mpu Wisadharma dan berlabuh di Toya Anyar(Tianyar).Penyerangan dari arah utara dipimpin Arya Damar dibantu oleh Arya Sentong Arya Kuta Waringin yang turun dari Ularan.Arya Kenceng bersama Arya Belog ,juga Penggalasan dan Kanuruhan menyerang dari arah selatan yang turun dari Bangsul menuju Kuta.Oleh karenanya,dengan semangat yang bergelora dan bersenjata lengkap para punggawa para patih Bali menghadapi prajurit Majapahit di semua arah penyerangan.
Diceritakan serangan yang dipimpin Gajah Mada dari arah timur , mulai membakar hutan belukar.Api mengamuk besar dengan asap mengepul di udara,sehingga tiada tampak para arya yang datang dari utara maupun selatan.Karena keperwiraan  dan kegagahperkasaan serta janji dalam siasat perang sebelumnya,maka tentara Wilwatikta mengamuk sampai titik darah penghabisan.Tak terlukisakan ramainya perang dari ketiga arah penjuru yang masing-masing menunjukan keperwiraannya,akhirnya tentara Bali terdesak mundur.Dalam pada itu Ki Tunjung Tutur(pemimpin prajurit Bali)terbunuh.Demikian juga prajurit Toya Anyar di bawah pimpinan Si Kapang,yang membantu dari Sraya(Karangasem),banyak dikalahkan dan meninggal.Para tentara para pemimpin yang masih hidup segera melarikan diri ke Sungai Langkir.Sementara perang yang berkecamuk di pantai utara Bali yang di pimpin Arya Damar berhasil membunuh Si Girik Mana di Ularan. Sedangkan Arya Klilewan di Batur di bunuh oleh Arya Wandira(Waringin).Setelah kedua mantri tersebut gugur,maka prajurit-prajurit Bali dapat ditundukkan termasuk sisanya yang berada di sebelah utara gunung.Walaupun serangan dari arah utara sudah mulai berhenti,namun serangan dari arah selatan mendapat perlawanan sengit dari Gudug Basur,Demung Dan Ki Tambiak Yang bertempat tinggal di Jimbaran dengan prajuritnya.Perang sangat ramai,gemuruh bunyi-bunyian,bergelimpangan mayat-mayat dari prajurit kedua belah pihak dan para prajurit yang terluka parah dan mengundurkan diri dari medan perang.Ki Tambiak dan Gudug Basur Berhadapan dengan para arya dari Jawa Dwipa.Tak terlukiskan lagi hebatnya pertempuran tersebut,akhirnya Ki Tambiak dapat ditikam oleh Arya Kenceng, dan Gugur dalam medan laga .Tinggal Gudug Basur yang direbut oleh prajurit dari Majapahit ,perang pun semakin berkecamuk akhirnya Gudug Basur Dapat dikalahkan.
Diceritakan Setelah kerajaanBali dapat di taklukkan,tinggal Pasung Grigis dari Tengkulak tiang pengkokoh kerajaan Bali.Kesaktian,keberanian serta ketangkasan Pasung Grigis yang bisa maya-maya itu belum Tertundukkan dan sangat sulit di tandingi.Sehingga membuat Patih Gajah Mada menjadi risau,kerena beliau sudah berjanji di hadapan raja Wilwatikta terdahulu.ketika perang telah berhenti ,maka pada malam harinya Gajah Mada berhasil mengumpulkan semua arya termasuk Arya Damar yang tengah berada di sebelah utara gunung.Bertujuan merundingkan siasat perang dalam menaklukkan Pasung Grigis yang sangat kebal,sakti dan tak terlukai oleh senjata apapun.Dengan harapan agar dapat memenuhi keinginan Prabhu Wilwatikta.Setelah direncakan upaya untuk penyerangan menghadapi Pasung Grigis,maka esoknya semua pasukan Wilwatikta mulai angkat senjata.Tetapi semua arah senjata dibalik kebawah,pertanda bahwa prajurit telah takluk.Demikianlah taktik peperangan Patih Gajah Mada.Setelah Pasung Grigis melihat prajurit Wilwatikta menyerah,maka senanglah hatinya beserta prajurit Bali Dwipa.Mereka tidak tahu bahwa itu hanyalah siasat daripada Patih Gajah Mada ,sehingga mereka lupa diri kerena diliputi rasa takabur sehingga bingung,angkuh dan bangga akan kesaktian dan kekuatannya sendiri.Semua prajurit Wilwatikta berpura-pura menyerah kalah di depan prajurit Bali di bawah pimpinan Pasung Grigis.Berbahagialah Pasung Grigis,sesuai dengan perundingan Pasung Grigis kembali ke Tengkulak sambil berdandan tangan dengan Patih Gajah Mada diiringi para arya dari kedua belah pihak.
Setibanya di Tengkulak,lalu disuguhkan makanan seta minum-minuman yang memuaskan.Pada kesempatan inilah Gajah Mada menjalankan siasatnya dan berkata kepada Pasung Grigis “Kanda,karena telah menjadi syarat sejak dahulu dan untuk melaksanakannya,apakah kanda mempunyai seekor anjing warna ulung dan mengerti perasaan manusia? Mohon Kanda mengikatnya sekalian memberikannya nasi”.Demikianlah permintaan Gajah Mada.Betapa bahagianya Pasung Grigis,yang tidak tahu akan malapetaka yang akan menimpanya,sambil berkata”Kami tidak ada rasa curiga terhadap adikku Rakrian Mada”.Sambil tersenyum,Ki Pasung Grigis mengikat anjing dalam keadan menggonggong.Namun belum diberikan makan.Walaupun demikian,berarti telah ditepati permintaan rakrian Mada.Berdirilah Rakrian Mada dengan wajah merah padam seraya menuding Pasung Grigis dengan tangan”Hai engkau Pasung Grigis,sungguh angkuh jiwa dan ulahmu.Tidak sopan melakukan perbuatan dan tak tepat akan janjimu,serta melakukan perbuatan yang tidak benar,Semoga hilang semua kesaktianmu,karena telah nyata dan disaksikan oleh Sanghyang Trio Dasa Sakti  sekarang bagaimana kehendakmu,maukah kembali mengadu keprawiraan denganku.Angkatlah senjatamu!”.Mendengar kata-kata yang diucapka Gajah Mada yang tak terduga itu diam dan terkejutlah Pasung Grigis.Seluruh kekuatannya lemah bagaikan disapu bersih akibat kutukan Gajah Mada,lalu Pasung Grigis dengan nada sedih menyerahkan diri dan semua daerah Bali hingga daratan Bangsul dibawah pasukan Majapahit.Demikianlah pula kraton dengan segala isinya.Dengan demikian daerah Bali dapat dikuasai.
Tak diceritakan perjalanan Patih Gajah Mada beserta para arya di Bali,maka tibalah utusan dari raja Westri,putri Patih Wreda yang bernama Kuda Pengasih,ipar dari Ken Bebed istri Gajah Mada menyapaikan agar Gajah Mada kembali ke Wilwatikta.Dan Beliau tidak berani menolak titah Sang Prabhu,dan memerintahkan agar para arya tetap tinggal di Bali kecuali Arya Damar.Arya Kenceng diserahi memimpin didaerah Tabanan dengan rakyat sejumlah 40.000 orang,Arya Kuta Waringin memimpin daerah Gelgel dengan jumlah rakyat 5.000 orang Arya Sentong di daerah Pacung dengan rakyat 10.000 orang,sedangkan Arya Belog Ditempatka di daerah Kaba-Kaba dengan rakyat sebanyak 5.000 orang.Mereka semua adalah adik ipar Maharaja Dewi Wilatikta.Dan pra arya-arya lainya diberikan wilayah beserta rakyatnya masing-masing,dan tibalah waktunya Patih Gajah Mada Arya Damar,Kuda Pengasih, serta Pasung Grigis Berangkat ke Jawa Dwipa.Untuk Pertama kalinya Diutuslah Pasung Grigis untuk menyerang Sumbawa beserta bala tentara Majapahit menyerang Werdamurti Sumbawa yang bernama Dedela Nata.Beliau sangatlah sakti dan kebal senjata serta keberaniannya,dan dalam pertempuran kedua kesatria itu gugur.sepeninggal Sri Dedela Nata,maka takluklah kerajaan Sumbawa dibawah kekuasaan Raja Wilwatikta.Dengan untuk memperkuat kekuasaan beliau maka Arya Damar ditempatkan di Palembang,Serdangkan Arya Kuda Pengasih menjadi Adipati di Sumenep(Madura).                                                                   

Kamis, 04 Agustus 2011

DEWA SARAYA

Dewa Saraya berasal dari bahasa sansekerta,Dewa artinya sinar suci atau sinar yang utama yang menguasai alam semesta,saraya arti katanya sara dan la(ya), sara artinya memohon perlindungan kepada dewa.Jadi Dewa saraya adalah permohonan perlindungan kepada sang penguasa alam semesta yakni Tuhan.
Deva artinya cahaya ketuhanan.Sarapa identik dengan saraya artinya perlindungan; pertolongan; pengungsian; sarana;bantuan.Dimanakah anda akan mencari pertolongan mempergunakan sarana? Sara-ia(ya);sara artinya serah;jadi sara artinya diserahkan kepada-Nya ;la (ya);artinya ipun pertama purusa,Tuhan Yang Maha Esa
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa Dewa saraya adalah suatu proses perjalanan manusia untuk mencapai kesucian yang bertujuan menciptakan kesejahteraan dan perdamaian dalam hidup.Ciri orang yang telah berhasil memperoleh sifat-sifat kedewaan adalah mampu mengendalikan Rajas dan Tamas agar dikendalikan oleh Sattwam.Sehingga dalam meningkatan peradaban manusia ,yaitu berpikir untuk menciptakan kedamaian,perkataan dapat menyejukan dan menyenangkan hati setiap orang yang mendengarkan,dan berbuat yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Kemudian dalam wujud benda kasat mata berupa peninggalan seperti patung-patung,tempat suci,karya sastra,sistem kebudayaan serta yang lainnya.Kitab purana menyatakan bahwa barang siapa yang telah melaksanakan sejumlah pengorbanan pada akhirnya akan memperoleh sebutan orang suci,cendikiawan yang dihormati dan akan memperoleh kekuasaan"indra".Jadi indra sebagai penguji orang-orang yang melaksakan tapa.Mencari perlindungan kehadapan-Nya atau kepada orang ang memiliki jiwa suci.Tetapi apabila semua halangan itu tidak diindahkan dan dapat mengatasi ujiannya dengan terus bertapa,mencari tempat-tempat yany cocok untuk melakukan samadhi,maka ia akan mencapai status tersebut.Ajaran moral dalam sloka Bagawad Gita Bab.II.70 sbb;Apuryarnanam achala pratishtham samudram apah pravisanti yadvat tadvat kamayam pravisanti sarve sa santim apnoti na kamakami. Artinya:ibarat semua sungai mengalir samudra walau terus diisi air minum tetap tenang  demikian orang berjiwa tenang mencapai kedamaian tetapi bukan orang yang melepas hawa nafsunya.Samudra yang luas tidak terpengaruh sama sekali oleh aliran air dan beribu-ribu sungai yang bermuara ketepinya.Demikianlah halnya orang yang telah menemukan kedamaian dalam jiwanya tidak terpengaruh oleh reaksi jahat dan nafsu yang dihasilkan oleh objek kesenangan duniawi yang silih berganti melintas di hadapannya selama hidup di dunia ini.Jadi Madewaseraya,adalah melakukan pengendalian indra'Dasendrya'agar mendapat sebutan manusia bermoral.Orang yang memiliki moral yang tinggi,selalu mendapat tempat yang tinggi dimata masyarakat karena dipakai sebagai teladan.