Selasa, 19 April 2016

Bebahi atau bebai adalah penyakit yang dibuat dari raga janin dan Kanda Pat (Kanda Empat), empat saudara janin, yang dapat dikirim masuk ke dalam tubuh seseorang yang ingin dibencanai sehingga jatuh sakit.
Orang yang kena bebahi disebut bebainan (baca: Kisah Interaksi dengan Leak).
Menurut Usada Sasah Bebai tanda-tanda orang bebainan ialah orang merasakan sakit di daerah siksikan (perut diatas kemaluan, di bawah pusar).
Terasa seperti ada benda keras sebesar pisang menyumbat di hulu hati.
Akhirnya si sakit jatuh pingsan.
Ada pula yang berasal dari nyeri, diikuti kesemutan,gelisah dan terasa sakit seperti ditusuk-tusuk di seluruh tubuh serta badan terasa bengkak.
Bila sakitnya sampai ke kepala, si sakit seperti orang gila. Jika sakitnya menjalar ke pergelangan tangan, maka penderita akan kejang-kejang dan mengigau.
Jika sakitnya di lidah, maka penderita akan berbicara tak karuan-karuan.
Sering pula menjerit-jerit dan menangis sejadi-jadinya.
Kalau penderita ini dipegang, dia akan meronta-ronta dan mengeluarkan tenaga yang luar biasa, melebihi kekuatan orang biasa.
Para remaja yang paling sering terkena penyakit bebahi ini, terutama putri, menjelang kotor kain atau menstruasi (baca: Cara Menghadapi Kesurupan Massal).
Dapat pula wanita yang baru kawin atau orang-orang berada dalam keadaan lemah fisik dan mentalnya.
Untuk dapat memiliki bebahi ada beberapa cara.
Tetapi pada prinsipnya adalah sama, yakni mempergunakan janin yang digugurkan sebagai sarana.
Janin ini terjadi akibat persatuandari Kamajaya (kamapetak = mani laki-laki)dengan kama ratih (kamabang = sel telur) di dalam kundha kacupu manik (uterus) di dalam perut ibu.
Setelah kedua kama ini bersatu maka terjadilah Sang Kamareka (janin) dan empat penjaga untuk melindungi dan menghidupi Sang Kamareka.
Keempat pelindung tersebut terdiri atas yeh nyom (air ketuban), getih (darah), lamadatau lamas (kulit tipis berminyak yang membungkus janin) dan ari-ari (placenta).
Keempat alat inilah yang menjaga dan memelihara kelangsungan hidup janin selama berada di dalam uterus ibu.
Tanpa ada keempat sarana ini, maka janin tidak akan dapat berkembang dengan sempurna atau mati.
Keempatnya disebut juga dengan catur nyama , empat saudara kandung sehidup semati dalam perjalanan hidup selama di dalam garba ibu maupun setelah keluar dari kandungan ibu.
Hidup di marcapada, catur nyama ini sering pula dijuluki sebagai Sang Anggapati utntuk yeh nyom, Sang Prajapati, untuk getih, Sang Banaspati untuk ari-ari dan Sang Banaspati Raja untuk lamad.
Keempatnya ini disebut Kanda Pat.
Setelah janin lahir atau terjadi keguguran, maka Kanda Pat ini ikut pula keluar dari kandungan ibu dan masing-masing mencari tempat sendiri-sendiri untuk hidup dan meneruskan tugasnya di dunia menjaga dan mengemban saudaranya si Rare Kumara, bayi kecil mungil.
Menurut Usada Tatenger Beling, yeh nyom dianggap saudara tertua, karena dialah yang lahir paling dahulu, kemudian disusul oleh getih, lalu bayi dan lamas, terakhir yang paling bungsu lahir adalah ari-ari.
Sang Anggapati yang berasal dari yeh nyom berdiam di angga sarira mahluk hidup (buana agung) dan di kulit (buana alit).
Kawisesan Anggapati ini adalah anglukat sarwa letehing sarira, membersihkan semua kejahatan atau kekotoran badan.
Sedangkan Sang Prajapati yang berasal dari darah (buana alit).
Prajapati ini mempunyai kekuatan menolak segala mara bahaya dan keletehan.
Sang Banaspati Raja menempati pohon kayu yang besar (buana agung) dan di wat atau urat (bhuna alit).
Kawisesan dari Banaspati Raja ini yang berasal dari lamas adalah ngalahang kesaktian sarwa sastra muang mantra.
Dialah taksu (kekuatan magis) dari Balian, Dalang dan Sastrawan.
Dan yang terbungsu Sang Banaspati yang berasal dari ari-ari berada di sungai, di batu yang besar (buana agung) dan di daging (buana alit).
Dia inilah yang menguasai pekarangan, pabianan.
Dia mampu menghilangkan desti, pepasangan dan segala macam penyakit.
Karena kawisesan Kanda Pat ini maka badan manusia terhindar dari mara bahaya.
Keempatnya harus selalu diingat dan diberi sajen pada waktu-waktu tertentu.
Bila melupakan mereka, maka bencana akan menimpa orang yang mempunyai kanda pat tersebut.
Beberapa Balian mengatakan bahwa catur nyama itu dapat menjadi Kanda Pat Bhuta bila dia marah dan menjadi Kanda Pat Dewa atau Kanda Pat Sari kalau mereka baik.
Itulah sebabnya manusia harus selalu berusaha untuk menjaga agar catur nyama itu menjadi Kanda Pat Sari sehingga mereka akan tetap menjaga dirinya, serta terhindar dari gangguan penyakit.
Caranya ialah dengan senantiasa ingat padanya dan menghaturkan sajen sebagai perwujudan rasa terima kasih atas segala bantuannya baik selama di dalam kandungan maupun setelah berada di luar kandungan.
Sebenarnya catur nyama itu ada adalah berkat kasih sayang dari Hyang Widhi.
Dan beliau pula yang menugaskan kepada Kanda Pat itu untuk menjaga ciptaanNya berupa Rare Kumara agar terus hidup dan berkembang menjadi manusia sakti yang luhur budi.
Untuk membuat bebahi atau bebai yang dipergunakan ialah janin atau gugur dari kandungan setelah berumur 3 bulan. Para Balian percaya dan yakin bahwa kamareka baru menjadi Rare Kumara setelah berusia 3 bulan.
Pada usia inilah terbentuk catur nyama, yang berupa yeh nyom (air ketuban), darah, lamas dan ari-ari atau placenta.
Bayi yang berumur 3 bulan ini besarnya seujung hulu keris, dan sudah berwujud manusia, telah tampak kepala, badan sebagai manusia.
Bayi keguguran ini disimpan dalam peti kecil (sekarang disimpan di dalam stoples) dan dibuatkan sesajen sesuai dengan urutan upakara manusia yadnya, mulai dari upacara kelahiran. Setelah 3 hari dianggap tali pusar sudah putus, maka dibuatkan upacara kepus udel.
Agar bayi tidak berbau, maka dikeringkan dibawah sinar matahari.
Setelah kering dimasukkan lagi ke dalam tempat penyimpanan. Pada hari ke-42 yang di Bali disebut abulan pitung dina, dibuatkan upacara tutug kambuhan.
Dan setelah 105 hari, diadakan upacara tiga bulan, kemudian pada umur bayi 210 hari dibuatkan upacara otonan.
Upacara otonan ini terus dilakukan setiap hari ke-210 merupakan ulang tahun bagi bayi tersebut.
Semua pelaksanaan baik upacara maupun keberadaan bayi tersebut harus dirahasiakan. JIka rahasia ini dilanggar, maka akan dikutuk oleh Bhatara Dalem.
Kekuatan kemanjurannya hilang malahan akan menjadi mala petaka bagi dirinya.
Pada hari otonan 1, bayi itu pada malam hari dibawa ke kuburan, biasanya pada hari Kajeng Kliwon.
Disini dimohonkan kepada Bhatari Durga agar diberikan kekuatan pada bayi itu, sehingga menjadi sakti mandraguna.
Jika permohonannya dipenuhi, maka bayi itu memperlihatkan tandfa-tanda kehidupan.
Semenjak itu dia dianggap telah menjadi manusia hidup, sehingga disebut Rare Wong.
Sejak itu bayi telah menjadi bebahi dan harus dihidangkan sajen setiap hari tertentu, seperti purnama tilem, hari kajeng kliwon dan pada setiap hari otonannya.
Bebahi ini sewaktu-waktu telah siap dikirim oleh pemiliknya untuk membencanai orang. Tetapi sebelum disuruh membencanai orang, terlebih dahulu dihidangkan sajen berupa nasi panca warna disertai lauk daging ayam hitam.
Bersama catur nyama Kanda Pat Bhuta mereka akan memasuki badan orang yang akan dibencanai.
Bila Catur Nyama Kanda Pat Dewa atau Kanda Pat Sari dari orang yang dibencanai tidak mampu melawan Kanda Pat Bhuta ini maka orang tersebut akan terkena penyakit bebahi.
Orang itu menjadi bebahinan .
Orangnya menangis dan selalu berteriak-teriak tak ada ujung pangkalnya.
Sering pula mengamuk seperti orang gila. Balian penengen yang sakti akan mampu mengusir bebahi ini dari dalam tubuh si sakit.
Dan bebahi ini akan mengucapkan kata-kata melalui badan orang yang sakit, bahwa dia takut dan akan pergi dari badan si sakit, serta tidak akan kembali lagi ke badan itu.
Kadang-kadang bebahi menyebutkan pula siapa yang menyuruh memasuki badan orang itu.
Setelah diberi mantra seperlunya, maka si sakit akan sadar dam pulih seperti semula, seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa dalam tubuhnya, kecuali rasa lelah dan lemas.
Dia tidak ingat apa yang telah diperbuat dan dikatakan sewaktu kemasukan bebahi. Dia tidak sadar akan dirinya.

0 komentar:

Posting Komentar