Selasa, 19 April 2016

Ngintip Paruman Leak

Kehidupan di alam per-leak-an juga mirip dengan yang ada di dunia manusia. Menurut penuturan orang-orang yang pernah berkecimpung di dunia itu, mereka para Leak juga mempunyai perkumpulan dan sekali-sekali mengadakan pertemuan (bahasa kerennya meeting) untuk membicarakan berbagai hal. Biasanya topik yang dibahas seputar ilmu yang baru atau kemungkinan akan terjadi perang leak (siat peteng) dan diakhiri dengan membayar utang-piutang di antara para Leak.

Sebut saja namanya Ketut A (sekarang berprofesi sebagai Pemangku di salah satu Pura di Jabodetabek) mengisahkan kepada penulis pengalamannya ngintip yang namanya paruman/pertemuan Leak waktu Beliau masih muda.

Ketut A mempunyai sifat yang agak jahil/usil suka menggoda/ngerjain teman-temannya sewaktu muda. Di usia yang relatif muda Ketut A sudah mendengar tentang adanya dunia Leak dan hal ini membuatnya penasaran akan kebenaran dunia tersebut.

Kebetulan Ketut A memepunyai seorang paman yang mempunyai kemampuan di bidang tersebut. Dengan segala upaya Ketut A merayu pamannya agar mau diikutkan dalam pengalaman di dunia per-Leakan. Akhirnya Pamannya menyanggupi dengan syarat Ketut A mematuhi segala perintah pamannya. Dengan tanpa berpikir panjang Ketut A pun menyanggupi persyaratan tersebut.

Suatu hari sebelum Kajeng Kliwon, pamannya mengajak Ketut A untuk pergi ke suatu Pura (Ketut A lupa nama Pura tersebut) yang berada di puncak perbukitan. Dengan sangat bersemangat Ketut A ikut langkah pamannya tersebut dan berangkatlah mereka ke sana.

Mereka tiba sore hari Pura tersebut dan melihat keadaan tempat itu  berada di puncak perbukitan yang banyak ditumbuhi pepohonan. Ada bale pertemuan (semacam bale banjar) di madya mandala Pura tersebut. Pura itu mempunyai arsitektur yang kuno menambah suasana magis. Pamannya mengajak Ketut A untuk melakukan persembahyangan untuk memohon keselamatan sebelum melakukan aksinya. Ketut A sendiri masih menebak-nebak karena belum dikasih tahu pamannya tentang hal yang akan dilakukan di Pura tersebut.

Yang lebih mengejutkan hati Ketut A, setelah sembahyang pamannya menyuruhnya untuk membaluri semua badannya dengan kotoran sapi. Kebetulan di tegalan deket Pura ada kotoran sapinya. Ketika ditanya kenapa harus melumuri badan dengan kotoran sapi, maka pamannya menjawab itu untuk menyembunyikan bau badan Ketut A sebagai seorang manusia.

Selanjutnya pamannya Ketut A menyuruhnya untuk naik ke atas plafon dari bangunan yang menyerupai bale banjar tersebut dan bersembunyi di sana. Setelah Ketut A mengambil posisi sembunyi, maka pamannya Ketut A meninggalkannya di sana sendirian, dengan berpesan apapun yang terjadi, jangan pernah turun dari plafon tersebut sampai pagi hari.

Sendirian si Ketut bersembunyi di atas plafon, dia agak bete juga karena suasana gelap dan dikerubutin nyamuk, apalagi badannya dilumuri oleh kotoran sapi. Setelah kira-kira jam 11 malam si Ketut bersembunyi, tiba-tiba terdengar suara langkah-langkah yang sangat berat, bumi bagai bergetar karena langkah tersebut. Si Ketut penasaran, tapi mengingat pesan pamannya dia dengan tabah bersembunyi dan tidak berani bergerak.

Ternyata yag datang adalah sesosok mahluk yang berukuran raksasa, berkepala gundul, orang menyebutnya leak gundul, dengan suara menggeram segera duduk di dalam bangunan bale banjar tersebut. Si Ketut terkejut, tapi dia tidak bisa mengelurakan suara, saking takutnya.

Tidak berapa lama kemudian menyusul mahluk Leak yang lain, diantaranya bojog (monyet), bangkal (babi), jaka punggul, bangke maong, raksasa, celuluk, rangda, burung garuda, semua pada datang dan mengambil tempat di bangunan yang menyerupai bale banjar tersebut.

Berbagai macam endihan api juga ikut meramaikan malam itu. Si Ketut baru sadar bahwa yang sedang terjadi adalah paruman Leak di tempat tersebut. Dengan cermat dia menguping apa yang mereka bicarakan, rupanya para Leak mendiskusikan berbagai macam hal, mulai dari ilmu, perang malam atau yang disebut siat peteng, dan terakhir adalah utang piutang yang harus dilunasi.

Rupanya diantara Leak ada yang mencium keanehan, seperti ada manusia yang ngintip, tapi pimpinan Leak yang berupa raksasa gundul segera bilang itu mungkin sapi, karena berbau kotoran sapi. Rupanya baluran kotoran sapi di tubuh si Ketut sangat menjur untuk mengelabui Leak (sebaiknya jangan dicoba deh-red).

Pas lagi rame-rame nya para Leak berdiskusi, maka si Ketut A yang pada dasarnya iseng dan jahil dengan sengaja mendorong talenan (alas untuk mencincang sayur/bumbu/daging) yang berdiameter sekitar 50 cm dan dijatuhkan dari atas.

Bunyi talenan jatuhpun berdebum, dan peristiwa itu sangat mengejutkan para Leak, merekapun segera lari tunggang langgang, dikiranya rerencangan (pengiring) dari Ida Bathara di Pura tersebut tedun dan marah. Saking tergesa-gesanya mereka, maka buku tempat catatan semua kegiatan perkumpulan Leakpun tertinggal di tempat itu.

Setelah situasi sepi, si Ketut segera turun dan tertawa terpingkal-pingkal, diapun langsung mengambil buku tersebut dan ngacir pulang ke rumah.

Besoknya pamannya datang ke rumah dan dengan kesal memaki-maki si Ketut dan meminta buku catatan tersebut. Rupanya yang memimpin para Leak tersebut yang berwujud raksasa gundul adalah pamannya.

Si Ketut A pun segera mengembalikan buku itu, dan atas nasehat pamannya dia langsung merantau ke Jawa untuk menghindari balas dendam perkumpulan leak yang sudah dia kerjai.

Mangku Ketut A menceritakan kisah ini dengan tertawa, mengingat bahwa betapa jahilnya dia waktu mudanya.


Sumber : http://www.puragunungsalak.com

0 komentar:

Posting Komentar